Tumben banget nih aku lagi pengin share, salah satu novel (mungkin juga bukannya novel namanya, msih kurang tau apa sebutannya soalnya ceritanya kebanyakan pendek-pendek) yang berjudul Dia = Kakakku = Suamiku
Aaaaaa.... aku juga gatau kenapa tiba-tiba suka novel begituan. Jangan ketawa ya. Gag ada maksud koq. Hehe...
Sinopsis :
Dia, penolongku, pahlawanku, pelindungku, kakakku, satu-satunya keluargaku yang masih tersisa. Dan kini setelah tujuh tahun tidak bertemu denganya, aku harus kembali ke Indonesia, kembali mengenang masa tujuh tahun lalu, saat takdir mempertemukan kami, saat semua jalan hidupku berubah sepenuhnya, saat dia dengan senyum tulusnya merangkul pundakku, menyeka air mataku, menikahiku, dan mengirmku ke Turki beberapa jam setelah Ijab Qobul kami. Ya dia juga adalah SUAMIKU.... yang nyaris selama tujuh tahun pernikahan kami, tak pernah kutemui secara langsung.
Sinopsis :
Dia, penolongku, pahlawanku, pelindungku, kakakku, satu-satunya keluargaku yang masih tersisa. Dan kini setelah tujuh tahun tidak bertemu denganya, aku harus kembali ke Indonesia, kembali mengenang masa tujuh tahun lalu, saat takdir mempertemukan kami, saat semua jalan hidupku berubah sepenuhnya, saat dia dengan senyum tulusnya merangkul pundakku, menyeka air mataku, menikahiku, dan mengirmku ke Turki beberapa jam setelah Ijab Qobul kami. Ya dia juga adalah SUAMIKU.... yang nyaris selama tujuh tahun pernikahan kami, tak pernah kutemui secara langsung.
Meira si Gadis Beruntung itu (menurutku) yang tanpa disangka sudah menikah di usia 16 tahun, tanpa mengetahui seluk beluk suaminya tersebut, Tegar. Sesosok laki-laki yang nyaris sempurna (karna di dunia ini tak ada yang sempurna). Tegar yang baru saja dikenalnya, tiba-tiba sudah menjadi suaminya yang sah, mereka sudah lama tak berhubungan (bahkan tak menemui satu sama lain) sejak 7 tahun semenjak Meira dikirim oleh Tegar ke Turki untuk melanjutkan kuliahnya. Bagaimana bisa?? Kakak = suami? Apa maksudnya?
Hehe.... baca aja kisahnya sendiri
Ada beberapa cuplikan yang begitu terngiang-ngiag dipikiranku (cuplikan aja ya, soalnya gag bisa di-copas, hehe) :
****
Tegar menceritakan sebuah kisah pada Meira, istrinya.
Dulu ada seorang pemuda yang ingin menuntut ilmu, di tengah perjalanan ia kehausan dan kelaparan, sesampainya di sungai, ia meminumnya, tak lama kemudian ia menemukan sebuah apel yang terbawa arus, tak lama kemudian ia mengambilnya lalu memakannya. Setelah pemuda itu memakan apel tersebut, ia merasa bersalah karena tidak ijin pada pemiliknya. Karena rasa bersalahnya, pemuda itu mencari si pemilik apel tersebut. Lalu ia menemukan sebuah kebun apel, ia langsung meminta maaf pada pemilik kebun apel tersebut karena telah memakan apelnya tanpa ijin. Pemuda itu hendak membayar apel tersebut, namun Pak Tua menolak, "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar." Pemuda itu bimbang, tapi karena teringat apel yang sudah dimakannya, maka ia menyanggupi permintaan Pak Tua. Setelah 3 tahun, pemuda itu kembali pada pak Tua dan bertanya apakah Pak Tua sudah ridha dengan apel tersebut. Pak Tua menjawab "belum, aku akan ridha jika kau melakukan satu permintaanku." Lalu pemuda itu bertanya, "apa itu?" Pemuda itu kembali dikagetkan dengan permintaan Pak Tua, "Kau harus menikahi putriku." Pemuda lanjut menjawab, "ya, aku mau." Pak Tua melanjutkan perkataannya, "Tapi putiku buta, bisu, tuli, dan lumpuh. Bagaimana?" Si Pemuda kembali bimbang, namun dia kembali teringat apel tersebut. Maka dari itu, si pemuda kembali meng-iya-kan permintaan Pak Tua. Setelah ijab kabul, sang pemuda itupun masuk ke kamar pengantin. Dia mengucapkan salam, namun betapa kagetnya dia mendengar suara seorang wanita yang menjawab salamnya. Seketika ia berlari, bertanya pada Pak Tua, siapakah gadis itu sebenarnya. Pak Tua hanya tersenyum, lalu berkata, "Masuklah, Nak. Itu adalah istrimu." Pemuda itu bertanya, "bukannya dia buta, bisu, tuli, dan lumpuh? Kenapa dia bisa menjawab salamku?" Pak Tua kembali tersenyum dan menjelaskan,
"Ya, dia memang buta, buta akan segala hal yang dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tak pantas didengarnya dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."
Pemuda itu terdiam lalu mengucap lirih, "Subhanallah..." Dan akhirnya merekapun hidup bahagia dengan cinta dari Allah.